Makna dibalik ungkapan "Ojo Dumeh"

"Ojo Dumeh" ungkapan yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang, kususnya orang Jawa. Kata yang sebenarnya pendek tetapi mempunyai arti yang begitu luas. Bagi orang jawa kata tersebut mengandung filosofi yang tinggi untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ojo Dumeh mengandung arti bahwa kita (manusia) janganlah selalu mebangga banggakan apa yang telah dimiliki baik berupa ketenaran, harta benda, pangkat / jabatan, kecantikan, ketampanan, dan masih banyak lagi yang bisa dijadikan contoh. Karna semua itu tidaklah kekal bagi pemiliknya, semua itu adalah titipan dari Tuhan Yang Maha Esa yang suatu saat pasti akan dimintanNya kembali. Ojo dumeh sugih (Jangan mentang mentang kaya), Ojo dumeh ganteng /ayu (Jangan mentang mentang ganteng/cantik), Ojo dumeh duwe pangkat terus sewenang-wenang (Jangan mentang mentang punya jabatan terus sewenang-wenang,red) dan masih banyak lagi ungkapan ojo dumeh yang dapat kita ambil dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal jabatan jangan mentang mentang punya jabatan manager terus dia sewenang-wenang kepada bawahanya, perintah seenaknya, asal bentak, karena siapapun dia (bawahan,red) adalah sama sebagai karyawan jabatan hanya membedakan tanggung jawabnya saja . Jangan sampai kesewenang-wenangan itu menjadikan rasa benci dan dendam di kalangan bawahan yang nantinya mungkin bisa jadi bumerang ketika sudah tidak dipercaya lagi oleh perusahaan karena sebuah kesalahan / kebodohan kerja. Ketika anda jatuh semua bawahan anda pasti bertepuk tangan dan mentertawakan kejatuhan anda dan sehabis itu anda sudah tidak ada teman lagi karena semua telah tersakiti oleh ulah anda sebagai manager.

Dalam hal kekayaan jangan mentang-mentang seseorang diberi kekayaan yang berlebih terus berbuat semaunya kepada oarang miskin, berkata yang menyakitkan, mengumpat, pelit, kikir, sombong mungkin bagi sebagian yang suka dengan sinetron Islam KTP tokoh Bang Madit Musyawaroh bisa dijadika contoh. Mentang metang lahir sudah terlanjur kaya setiap ketemu orang dikata katain miskin, blangsak, duafa, kaum marginal, kismin, madesu, kecebong anyut, bahlul dll. Jangan kira kekayaan dan kejayaan yang dimiliki bisa kekal, karna semua itu bisa hilang dalam sekejap bisa karna bencana atau musibah. Bisa saja ludes terbakar, terseret banjir bandang, diterjang tsunami, tanah longsor atau habis untuk biaya berobat kerumah sakit yang disebabkan sakit yang kronis.

Dalam hal ketampanan atau kecantikan bisa saja membuat seseorang menjadi sombong, suka menghina, pilih-pilih teman, menyia-nyiakan orang yang buruk rupa. Ojo dumeh duwe rupo ayu / bagus terus daksio karo wong liyo (jangan mentang-mentang punya wajah cantik/ganteng terus semena-mena sama orang lain) karna ketampanan/kecantikan itupun bisa luntur hanya karna hal sepele misalkan, jatuh dari pohon kaki jadi pincang, jatuh dari motor wajah jadi hancur karena bergesekan dengan aspal, musibah kebakaran yang menyebabkan kulit muka melepuh.

Oleh sebab itu sauda-saudaraku mari kita jadikan ungkapan "ojo dumeh" itu sebagai filosofi dalam kehidupan kita, jangan sampai kita terjebak oleh silaunya gemerlap kehidupan dunia. Ajaran ojo dumeh menyarankan kepada kita agar jangan sampai kelebihan yang kita miliki menjadikan kita sombong, takabur, lupa diri dan bertindak sewenang-wenang kepada orang lain dan merendahkan harkat dan martabatnya. Jangan sampai kelebihan yang kita miliki malah menjadikan bumerang bagi diri kita karna yakinlah tak ada yang abadi di dunia ini, apa yang kita miliki pastilah akan lenyap atas kehendakNya. Mari kita bawa ungkapan ojo dumeh tersebut kedalam kehidupan kita agar kita bisa lebih mawas diri, lebih bersyukur, lebih bisa menghargai orang lain dan tentunya akan membuat kita bisa lebih arif menyikapai kelebihan dan kekurangan kita.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

''Semut di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak,''

Prosedur Pembelian Barang Pada Perusahaan

Pengertian dan Jenis Masalah

Ojo Seneng Lamis

Sikap Ksatria: Yen Wani Ojo Wedi-wedi, Yen Wedi Ojo Wani-wani